Sejarah Singkat Paroki Stella Maris Jepara
Sejarah Singkat Paroki Stella Maris Jepara
Pada tahun 1936 diawali dengan adanya sekelompok umat di Pecangaan yang dipimpin oleh Pastor Petrus Stienen, MSF, didirikannya sebuah Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Pecangaan, sekolah-sekolah Rendah Misi di Krasak, Karangrandu, Troso dan Kedung, maka semakin bertumbuhlah iman Katolik di Jepara. Di kota Jepara hanya beberapa orang Katolik asli Jepara dan sejumlah guru yang mayoritas datang dari daerah Selatan, misalnya Solo, Klaten, Yogyakarta, Muntilan dan Ambarawa. Tokoh Katolik asli Jepara pada awalnya adalah Sdr. Tan Tjing Sioe.
Saat Perang Dunia II, Jepang menguasai Indonesia, para pastor dimasukkan dalam kamp-kamp konsentrasi, termasuk Pastor Petrus Stienen, MSF. Sehingga pertumbuhan iman menjadi mati. Setelah Kemerdekaan RI, semua kegiatan dan aktivitas umat Katolik yang semula berpusat di Pecangaan beralih ke kota Jepara. Gedung sekolah misi di Pecangaan disewa oleh Dinas P&K dan dipakai sebagai SD. Sedangkan gedung bekas Pastori Pecangaan yang semula disewa oleh Instansi Pemerintah, diminta kembali dan dijadikan SMP Keluarga, sekaligus dipakai sebagai gereja dan asrama guru. Pada masa perjuangan (1945-1949) hubungan dengan Semarang terputus lalu keperluan rohani umat Katolik di Jepara dilayani dari Paroki Purwosari, Sala. Di Kudus dan Pati pun belum terdapat pastor. Pastor Dionisius Adisudjono, MSF mengunjungi orang Katolik di Jepara dan sekitarnya, melalui Cepu, Blora, Rembang, Pati dan Kudus tiga sampai empat bulan sekali. Kebaktian diadakan di rumah Sdr. Tan Siong Liep dan kemudian pindah di rumah Bp. Liem Tiong Swan.
Setelah Indonesia pulih (Desember 1949) , maka pastor-pastor menduduki posnya kembali di Paroki Kudus dan Pati. Umat Jepara dilayani oleh pastor-pastor dari Paroki Kudus, berturut-turut Pastor Johanes P. Komen, MSF, Pastor Adrianus de Koning, MSF, Pastor Petrus Stienen, MSF, Pastor C. Jacobs, MSF. Sehingga umat Katolik mulai berkembang di Jepara.
Pada tanggal 1 Agustus 1955, dibuka TK/SR Keluarga (sekarang TK/SD Kanisius) di Jl. Satusan No. 22, Jepara yang sekarang adalah Jl. Veteran. Pada tanggal 21 Oktober 1956 Mgr. Albertus Soegijopranoto, Uskup Agung Semarang berkunjung ke Jepara untuk memberikan Sakramen Penguatan. Pada tahun 1961, Mgr. Albertus Soegijopranoto memberkati dan meresmikan Gereja Pecangaan. Sejak itu mulailah Pecangaan berdiri sendiri sebagai Stasi. Pada tanggal 24 Maret 1963, terbentuklah Dewan Stasi Jepara.
Pembangunan Gereja Stella Maris Jepara
Pastor C. Jacobs, MSF merintis pembangunan gereja, sehingga pada tanggal 18 Mei 1964 diresmikanlah gereja Katolik di Jl. A.R. Hakim 41 A Jepara oleh Mgr. Kardinal Darmojuwono. Karena umat semakin bertambah maka bekerjasama dengan Keuskupan Agung Semarang, dibelilah sebidang tanah di Jl. H.O.S. Tjokroaminoto. Namun dalam perjalanannya, muncul masalah berkaitan dengan perizinan dari Pemerintah Daerah Jepara. Alasan penolakan perizinan tersebut karena di lokasi tersebut menurut rencana pembangunan kota akan dipakai sebagai komplek perkantoran (sekarang didirikan Hotel Jepara Indah). Maka diputuskan mendirikan gedung Gereja yang lebih besar dalam satu komplek dengan yang lama dan diresmikan oleh Bp. Drs. Sunarto selaku Bupati Jepara dan diberkati oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Ignatius Suharyo pada tanggal 30 November 1997.
Di Mayong, berawal dari rumah umat berukuran 4x10 meter, kemudian direnovasi menjadi tempat ibadah. Rumah ini milik Bp. Tan In Joen yang semula dipinjamkan pada PEMDA untuk BKIA. Pada tahun 1986, tempat ibadah itu diberi nama St. Johannes Baptista. Umat beriman Mayong makin berkembang. Sehingga mendorong mereka untuk membangun tempat ibadah yang lebih besar di lokasi yang sama. Misa perdana oleh Pastor FX Dwi Nugraha Sulistya, MSF pada tahun 1990. Sedangkan tempat ibadah yang lama dijadikan aula dan ruang koster. Di bulan agustus 2023 ruang kosterpun telah direnovasi menjadi Pastoran.
Adapun para Romo dari Paroki Kudus yang pernah berkarya di Jepara yaitu Rm. C Jacobs,MSF (1962-1965), Rm P.C Joedadihardja (1961-1966), Rm P.Stienen,MSF (1966-1971), Rm. A de Koning (1971-1977), Rm. Cel.V.d Vlught,MSF (1971-1973 dan1977-1980), Rm.Al Endrakarjana,MSF (1973-1977), Rm Tedjasuksmana,MSF (1977-1979), Rm. H.Y.H Harsawijaya, MSF (1979-1981), Rm. Harry Vermuelen,MSF (1980), Rm. F.X Darmosuwito,MSF (1981), Rm. Avd Peet,MSF (1981-1987), Rm.T.Dwija Iswara,MSF (1982), Rm.Al.Suharihadi,MSF (1983), Rm.Y.Balapito Duan,MSF (1984-1987), Rm. Y.R.Mulyono, MSF (1987-1989), Rm.F.X.The Tjoen An,MSF (1988-1990), Rm.F.X. Dwinugraha Sulistya,MSF (1989-1991), Rm. Anton Gunardi,MSF (1990-1992), Rm. Niko Antosaputra,MSF (1995-1998), Rm.Y.Tjoek Prasetyo,MSF (1993 dan 2005), Rm. Ag.Susilo,MSF (1997), Rm. R.B.Pranatasurya,MSF (1998-2002), Rm. Yulius Edyanto,MSF (2001-2002), Rm. F.X Dwinugraha Sulistya,MSF (2002-2007), Rm. P.M.Sunarkawihardja,MSF (2002-2003), Rm. Ig.Supriyatno,MSF (2003-2005), Rm. Y.Agus Riyanto,MSF 2005-2008), Rm. A.Edi Sulistyono Sugito,MSF (2005-2008)
Menuju Sebuah Paroki Stella Maris Jepara
Paroki Administratif Stella Maris Jepara masih merupakan bagian dari Paroki St Yohanes Evangelista Kudus yang terdiri dari 8 (delapan) Stasi, yaitu: Stasi Welahan, Stasi Batealit, Stasi Bangsri, Stasi Mayong, Stasi Keling, Stasi Donorojo, Stasi Pecangaan, Stasi Karimun Jawa/Kedung/Mlonggo dan 4 (empat) wilayah kota: Yohanes, Paulus, Petrus dan Yusuf. Sekitar tahun 1989, terbersitlah keinginan untuk menjadikan Paroki mandiri.
Pada penerimaan Sakramen Penguatan tahun 2001. Dewan Paroki berwawan hati dengan Bapa Uskup maka disampaikan keinginan kepada Mgr. Ignatius Suharyo untuk berkenan mengabulkan harapan umat agar Paroki Administratif Stella Maris Jepara mendapatkan status paroki penuh. Oleh Bapak Uskup, permohonan tersebut dijawab dengan “Apabila Jepara benar-benar sudah siap, maka kami akan mengabulkan permohonan umat Jepara”
Mulai tahun 2003 dimulailah pembenahan, Pastor Ignatius Supriyatno, MSF yang ketika itu menjadi Pastor Vikaris di Paroki St. Yohanes Evangelista Kudus mendapatkan mandat dari Bapak Uskup untuk bertanggung jawab di Jepara. Berawal dari kehadiran Pastor Ignatius Supriyatno, MSF pembenahan mulai terlihat juga semarak kehidupan menggereja. Kemudian Pastor Ignatius Supriyatno, MSF pindah menjadi Pastor Paroki di Minomartani Yogyakarta, maka pada bulan Agustus tahun 2005, Pastor Yoseph Tjoek Prasetyo, MSF yang menggantikan untuk bertanggungjawab penuh dan berdomisili di Jepara. Pada bulan Januari tahun 2006, Pastor Yoseph Tjoek Prasetyo, MSF pindah tugas di Propinsialat, akhirnya Pastor Aloysius Rinata Hadiwardaya, MSF yang melanjutkan. Pada bulan Agustus 2006 Pastor Antonius Edy Sulistyono Sugito, MSF yang bertanggung jawab penuh dan menetap di Jepara melanjutkan perjuangan pembenahan. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 2008, dikukuhkan Paroki Administrasi Jepara sebagai Paroki bersamaan juga dengan diresmikannya Gereja Sta. Theresia Avilla Pecangaan oleh Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo,
Usaha keras dari seluruh umat Gereja Jepara untuk menjadikan Paroki Administratif Jepara sebagai Paroki membuahkan hasil. Benih-benih iman yang ditaburkan dalam karya dan pelayanan umat menghasilan buah berlimpah. Jumlah umat beriman semakin berkembang. Gerak pastoral paroki menuai hasilnya. Juga menghasilkan pula benih-benih Panggilan dari Putra Jepara yaitu
1. Romo Yohanes Aristanto Hari Setiawan, MSF
2. Romo Yohanes Bimo Ari Wibowo, MSF
3. Diakon Yohanes Febbry Bagas Pamungkas, MSF
Para Romo yang berkarya di Paroki Stella Maris Jepara
Tahun 2008 - 2012
Romo Paroki : Rm. A Edy Sugito, MSF
Romo Vikaris : Rm. RB. Pranatasurya, MSF
Tahun 2012 – 2015
Romo Paroki : Rm. P. Suryo Hadi Atmaka, MSF
Romo Vikaris : Rm. RB. Pranatasurya, MSF
Rm B. Haryasmara, MSF (2012-2014)
Tahun 2015 – 2022
Romo Paroki : Rm. Sadana Hadiwardaya, MSF
Romo Vikaris : Rm. RB. Pranatasurya, MSF (2015-2016)
Rm. Aloysius Dany Raditya, MSF (2016-2018)
Rm. Tirta Dewantara, MSF (mulai 2018)
Tahun 2022 – sekarang
Romo Paroki : Rm. Andrianus Sulistyono, MSF
Romo Vikaris : Rm. Tirta Dewantara, MSF
Pada awalnya Paroki Stella Maris Jepara memiliki 3 wilayah yaitu Wilayah Selatan yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu St Theresia Avilla Pecangaan, St. Yoh. Baptista Mayong dan St. Aloysius Welahan, kemudian Wilayah Tengah terdiri dari 3 Lingkungan terdiri dari St. Yohanes, St. Paulus dan St. Yusuf dan Wilayah Utara terdiri dari 4 lingkungan yaitu St. Maria, St. Petrus, St Matius Bangsri dan St. Damianus Donorojo.
Pada tahun 2021, ada pengurangan 2 lingkungan yang digabungkan. Lingk Aloysius digabungkan dengan Lingk Yoh. Baptista Mayong, kemudian Lingk St. Damianus digabungkan dengan Lingk Matius. Sehingga Paroki Stella Maris Jepara memiliki delapan lingkungan yaitu St. Yohanes Baptista Mayong, St. Theresia Avila Pecangaan, St. Yohanes Jepara, St. Paulus Jepara, St. Yusuf Jepara, Sta. Maria Jepara, St. Petrus Jepara, St. Matius Bangsri.
Pada perayaan HUT Paroki ke 15, bulan mei 2023, Romo Andre memutuskan adanya pemekaran Lingkungan Petrus dibagi 2 menjadi Lingkungan Petrus dan Markus. Sehingga kini Paroki Stella Maris Jepara memiliki 9 Lingkungan yaitu:
1. Lingkungan St. Yohanes Baptista Mayong
2. Lingkungan Sta. Theresia Avila Pecangaan
3. Lingkungan St. Yohanes Jepara
4. Lingkungan St. Paulus Jepara
5. Lingkungan St. Yusuf Jepara
6. Lingkungan Sta. Maria Jepara
7. Lingkungan St. Petrus Jepara
8. Lingkungan St. Markus Jepara
9. Lingkungan St. Matius Bangsri
Belajar dari pengalaman dan peziarahan iman umat untuk menjadi Paroki, kiranya ada banyak persoalan yang akan terus dihadapi umat paroki. Tantangan dan rintangan umat beriman masih terus saja menghadang. Namun bertopang pada keyakinan akan penyertaan Allah Tritunggal, serta doa Bunda Maria Stella Maris sebagai pelindung Paroki Stella Maris Jepara, semoga umat Paroki Stella Maris Jepara tetap setia tinggal dalam Kristus dan menghasilkan buah berlimpah serta semakin bertekun dalam pelayanan untuk mewujudkan peradaban kasih demi kemuliaan Allah.